Noken merupakan warisan suku-suku yang termasuk ras Melanesia yang ada di
Papua. Perempuan Papua memiliki tas tradisional bernama Noken. Noken
terbuat dari kulit kayu lokal yang banyak tumbuh di Papua. Kayu yang
digunakan sebagai bahan baku juga berbeda-beda. Kulit kayu ditumbuk,
kemudian dilakukan proses pengawetan yaitu dengan merendam ke dalam air
agar serat kayu bertambah kuat. Lalu, kulit kayu dipilin menjadi benang
seperti tali kecil (string). Selanjutnya, tali kecil tersebut dianyam
menjadi Noken. Saat menganyam dibentuk suatu “cincin” lalu diikat
menjadi simpul mati.
Di daerah Paniai, Noken diberi hiasan agar semakin menarik. Hiasan ini terbuat dari kulit pohon anggrek baik yang berwarna kuning emas atau pun yang berwarna hitam. Noken terbuat dari bahan alami yang ramah lingkungan. Tak hanya terbuat dari kulit kayu, Noken juga dibuat dari benang katun, bahkan dari benang wol.
Noken berbahan benang nilon dan serat kulit kayu tersebut dijual dengan harga rata-rata Rp 100 ribu - Rp 300 ribu tergantung ukuran. Warna-warni nan ceria dari tas ini menjadi kekhasan tersendiri.
Hal lain yang menarik dari tas tradisional ini adalah bahwa hanya perempuan Papua yang boleh membuat noken. Perempuan Papua yang belum bisa menjalin noken bahkan sering dianggap belum dewasa dan belum layak menikah. Noken juga sebagai simbol sumber kesuburan kandungan seorang perempuan.
Di daerah Paniai, Noken diberi hiasan agar semakin menarik. Hiasan ini terbuat dari kulit pohon anggrek baik yang berwarna kuning emas atau pun yang berwarna hitam. Noken terbuat dari bahan alami yang ramah lingkungan. Tak hanya terbuat dari kulit kayu, Noken juga dibuat dari benang katun, bahkan dari benang wol.
Noken berbahan benang nilon dan serat kulit kayu tersebut dijual dengan harga rata-rata Rp 100 ribu - Rp 300 ribu tergantung ukuran. Warna-warni nan ceria dari tas ini menjadi kekhasan tersendiri.
Hal lain yang menarik dari tas tradisional ini adalah bahwa hanya perempuan Papua yang boleh membuat noken. Perempuan Papua yang belum bisa menjalin noken bahkan sering dianggap belum dewasa dan belum layak menikah. Noken juga sebagai simbol sumber kesuburan kandungan seorang perempuan.
Tas Serba Guna
Noken sebagian besar dimanfaatkan masyarakat di pedesaan atau pegunungan Papua untuk membawa hasil kebun, kayu api, atau ternak yang dipanen dari kebun untuk dijual di pasar atau sebaliknya. Pelajar dan mahasiswa juga banyak yang menggunakan Noken, berukuran kecil, untuk membawa buku dan alat tulis.
Kaum bapak memanfaatkan Noken untuk membawa buah pinang, sirih, maupun tembakau ketika hendak bersosialisasi dengan teman dan kerabatnya. Sedangkan kaum ibu memfungsikan Noken sebagai gendongan bayi atau baby carrier. Saat menggendong bayi, beban tidak berada di pundak. Biasanya tas ini digantung di kepala atau leher perempuan Papua untuk membawa hasil bumi, anak babi, bahkan menggendong bayi. Selain banyaknya bawaan yang bisa dikalungkan, beberapa perempuan bahkan menggantungkan lebih dari satu noken di lehernya. Biasanya noken ini disusun bertingkat di atas punggung supaya tidak saling tumpuk dan berat.
Ada suku tertentu yang menganggap Noken sakral dan dianggap sebagai lambang kesuburan. Bahkan, ada yang menambahkan Noken sebagai mas kimpoi. Warga suku Moor yang mendiami Pulau Moor, kurang lebih 1,5 jam perjalanan dengan perahu motor dari Nabire, beranggapan perempuan yang belum bisa menganyam atau membuat Noken dianggap belum dewasa untuk berumah tangga.
Noken sebagian besar dimanfaatkan masyarakat di pedesaan atau pegunungan Papua untuk membawa hasil kebun, kayu api, atau ternak yang dipanen dari kebun untuk dijual di pasar atau sebaliknya. Pelajar dan mahasiswa juga banyak yang menggunakan Noken, berukuran kecil, untuk membawa buku dan alat tulis.
Kaum bapak memanfaatkan Noken untuk membawa buah pinang, sirih, maupun tembakau ketika hendak bersosialisasi dengan teman dan kerabatnya. Sedangkan kaum ibu memfungsikan Noken sebagai gendongan bayi atau baby carrier. Saat menggendong bayi, beban tidak berada di pundak. Biasanya tas ini digantung di kepala atau leher perempuan Papua untuk membawa hasil bumi, anak babi, bahkan menggendong bayi. Selain banyaknya bawaan yang bisa dikalungkan, beberapa perempuan bahkan menggantungkan lebih dari satu noken di lehernya. Biasanya noken ini disusun bertingkat di atas punggung supaya tidak saling tumpuk dan berat.
Ada suku tertentu yang menganggap Noken sakral dan dianggap sebagai lambang kesuburan. Bahkan, ada yang menambahkan Noken sebagai mas kimpoi. Warga suku Moor yang mendiami Pulau Moor, kurang lebih 1,5 jam perjalanan dengan perahu motor dari Nabire, beranggapan perempuan yang belum bisa menganyam atau membuat Noken dianggap belum dewasa untuk berumah tangga.
Noken di Papua New Guinea
Papua New Guinea terletak di sebelah timur Propinsi Papua. Suku-suku yang berada di Papua maupun penduduk asli Papua Nugini memiliki kesamaan ras, Melanesia, yang memiliki rambut keriting dan kulit gelap. Keduanya juga memiliki tas tradisional. Warga Papua Nugini menyebut Noken dengan nama Bilum. Yang membedakan hanya negara tempat tinggal mereka.
Bilum adalah tas string yang dibuat dengan tangan di Papua Nugini. Tas dapat dibuat dengan proses yang dikenal sebagai perulangan string atau dengan merajut. Secara tradisional, string yang digunakan adalah buatan tangan, biasanya dari bahan tanaman. Sekarang, banyak orang yang mampu untuk membuat bilum dengan membeli bahan benang dan string di toko.
Bilums digunakan untuk membawa berbagai barang, dari barang belanja di bilums besar untuk barang-barang pribadi di dalam tas berukuran varietas. Ibu sering membawa bayi mereka di bilums. Sementara metode tradisional pembuatan bilum menggunakan tanaman alang-alang tenun masih banyak tersebar di Papua Nugini, banyak penduduk desa yang sekarang menemukan lebih mudah untuk menggunakan wol berbasis benang untuk membuat tas mereka. Hal ini memungkinkan keragaman yang lebih besar dari skema warna yang akan dimasukkan ke dalam pembuatan bilums, dan sebagai hasilnya mereka lebih sangat dicari, karena pola yang sangat terlihat dan berbeda dan kombinasi warna.
Papua New Guinea terletak di sebelah timur Propinsi Papua. Suku-suku yang berada di Papua maupun penduduk asli Papua Nugini memiliki kesamaan ras, Melanesia, yang memiliki rambut keriting dan kulit gelap. Keduanya juga memiliki tas tradisional. Warga Papua Nugini menyebut Noken dengan nama Bilum. Yang membedakan hanya negara tempat tinggal mereka.
Bilum adalah tas string yang dibuat dengan tangan di Papua Nugini. Tas dapat dibuat dengan proses yang dikenal sebagai perulangan string atau dengan merajut. Secara tradisional, string yang digunakan adalah buatan tangan, biasanya dari bahan tanaman. Sekarang, banyak orang yang mampu untuk membuat bilum dengan membeli bahan benang dan string di toko.
Bilums digunakan untuk membawa berbagai barang, dari barang belanja di bilums besar untuk barang-barang pribadi di dalam tas berukuran varietas. Ibu sering membawa bayi mereka di bilums. Sementara metode tradisional pembuatan bilum menggunakan tanaman alang-alang tenun masih banyak tersebar di Papua Nugini, banyak penduduk desa yang sekarang menemukan lebih mudah untuk menggunakan wol berbasis benang untuk membuat tas mereka. Hal ini memungkinkan keragaman yang lebih besar dari skema warna yang akan dimasukkan ke dalam pembuatan bilums, dan sebagai hasilnya mereka lebih sangat dicari, karena pola yang sangat terlihat dan berbeda dan kombinasi warna.
Noken Menjadi Warisan Dunia
Akhir Maret 2011, Jero Wacik, Menteri Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, menandatangani tiga berkas nominasi Warisan Budaya. Berkas tersebut akan diserahkan ke UNESCO agar mendapat pengesahan dari badan PBB sebagai Warisan Budaya kita. Ketiga budaya Indonesia yang akan didaftarkan adalah:
[*]Tas tradisional Noken asal dari Papua. Noken didaftarkan sebagai Urgent Safeguarding of Intangible Cultural Heritage (Warisan Budaya Bukan Benda yang Membutuhkan Perlindungan Mendesak).
[*]Tari Tradisonal Bali. Sembilan jenis tarian dari sembilan kabupaten di Bali didaftarkan sebagai Representative List of Intangible Cultural Heritage (Daftar Representatif Warisan Budaya Bukan Benda).
[*]Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Taman seluas 145 hektar ini didaftarkan untuk dinominasikan dalam kategori Best Practices of Intangible Cultural Heritage (Warisan Budaya Bukan Benda Guna pelindungan, Pengembangan, dan Pendidikan).
Akhir Maret 2011, Jero Wacik, Menteri Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, menandatangani tiga berkas nominasi Warisan Budaya. Berkas tersebut akan diserahkan ke UNESCO agar mendapat pengesahan dari badan PBB sebagai Warisan Budaya kita. Ketiga budaya Indonesia yang akan didaftarkan adalah:
[*]Tas tradisional Noken asal dari Papua. Noken didaftarkan sebagai Urgent Safeguarding of Intangible Cultural Heritage (Warisan Budaya Bukan Benda yang Membutuhkan Perlindungan Mendesak).
[*]Tari Tradisonal Bali. Sembilan jenis tarian dari sembilan kabupaten di Bali didaftarkan sebagai Representative List of Intangible Cultural Heritage (Daftar Representatif Warisan Budaya Bukan Benda).
[*]Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Taman seluas 145 hektar ini didaftarkan untuk dinominasikan dalam kategori Best Practices of Intangible Cultural Heritage (Warisan Budaya Bukan Benda Guna pelindungan, Pengembangan, dan Pendidikan).